A.
Pendidikan,
Pengajaran dan Pembelajaran
Dalam sistem pendidikan nasional sering kita jumpai
istilah pendidikan, pengajaran dan pembelajaran, yang kadang-kadang
penggunaannya sering rancu karena kurang konsisten dalam mengartikan ketiga
istilah tersebut.
Menurut paham konvensional, pendidikan dalam arti
sempit diartikan sebagai bantuan kepada anak didik terutama pada aspek moral
atau budi pekerti, sedangkan pengajaran diartikan sebagai bantuan kepada anak
didik dibatasi pada aspek intelektual dan ketrampilan. Bila dilihat dari
sejarah perkembangan ilmu pendidikan di Indonesia, kita mengenal paedagogiek,
didaktik dan metodik. Ketiga istilah itu sangat erat hubungannya, yakni
paedagogiek yaitu ilmu pendidikan. Bagaimana pendidikan dilakukan di sekolah,
orang memerlukan didaktik, baik bersifat umum maupun yang bersifat khusus atau
disebut metodik.
Menurut Crow and Crow, pendidikan diartikan sebagai
proses dimana pengalaman atau informasi diperoleh sebagai hasil dari proses
belajar. Di sini digambarkan bahwa titik berat dalam proses pendidikan itu
terletak pada fihak anak didik yaitu dalam pendidikan akan terjadi proses
belajar yang merupakan interaksi dengan pengalaman-pengalamannya.
Istilah pengajaran merupakan kata benda dari kata
kerja mengajar yang artinya menimibulkan belajar dan itu terjemahan dari
teaching atau diartikan juga instruction. Instruction adalah seperangkat
peristiwa yang memengaruhi pebelajar sedemikian rupa sehingga pebelajar itu
memperoleh kemudahan (Briggs, 1992), seperangkat peristiwa itu membangun suatu
pembelajaran yang bersifat internal jika pebelajar melakukan self instruction
dan di sisi lain kemungkinan juga bersifat eksternal, yaitu jika bersumber
antara lain dari pendidik. Jadi, teaching itu hanya merupakan sebagian dari
instructioan , sebagai salah satu bentuk pembelajaran.
B. Hubungan Teori Belajar dan Pembelajaran
Teori belajar adalah konsep-konsep dan prinsip-prinsip
belajar yang bersifat teoritis dan telah teruji kebenarannya melaluui eksperimen.
Teori belajar itu berasal dari teori psikologi dan terutama menyangkut masalah
situasi pebelajar. Sebagai salah satu cabang ilmu deskriptif, maka teori
belajar berfungsi menjelaskan apa, mengapa dan bagaiman proses belajar terjadi
pada pebelajar. Karena para pakar psikologi mempunyai sudut pandang yang
berbeda-beda dalam menjelaskan pa, mengapa dan bagaimana belajar itu terjadi,
maka menimbulkan beberapa teori belajar seperti teori behavioristik, kognitif,
humanistic, sibernetik, dan sebagainya.
Teori pembelajaran tidak menjelaskan bagaimana proses
belajar terjadi, tetapi lebih merupakan implementasi prinsip-prinsip teori
belajar, dan berfungsi untuk memecahkan masalah praktis dalam pembelajaran.
C.
Pengertian
Pembelajaran
Proses
tindakan belajar pada dasarnya adalah bersifat internal, namun prose situ
dipengaruhi oleh factor-faktor eksternal. Perhatian peserta didik dalam
pembelajaran, misalnya, dipengaruhi oleh susunan rangsangan yang berasal dari
luar. Ketika seorang peserta didik membaca buku, perhatiannya acapkali terpusat
pada kata-kata tercetak tebal, gambar-gambar, dan informasi menarik lainnya.
Oleh karena itu di dalam pembelajaran, pendidik harus benar-benar mampu menarik
perhatian peserta didik agar mampu mencurahkan seluruh energinya sehingga dapat
melakukan aktivitas belajar secara optimal dan memperoleh hsil belajar seperti
yang diharapkan.
Pembelajaran
adalaj seperangkat peristiwa yang memengaruhi peserta didik sedemikian rupa
sehingga peserta didik itu memperoleh kemudahan (Briggs, 1992). Seperangkat
peristiwa itu membangun suatu pembelajaran yang bersifat internal jika peserta
didik melakukan self instruction dan di sisi lain kemungkinan juga bersifat
eksternal, yaitu jika bersumber antara lain dari pendidik. Jadi teaching itu
hanya merupakan sebagian dari instruction, sebagai salah satu bentuk
pembelajaran. Unsure utama dari pembelajaran adalah pengalaman anak sebagai
seperangkat event sehingga terjadi proses belajar. Dengan demikian, pendidikan
, pengajaran dan pembelajaran mempunyai hubungan konseptual yang tidak berbeda,
kalu toh dicari perbedaannya pendidikan memiliki cakupan yang lebih luas yaitu
mencakup baik pengajaran maupun pembelajaran dan pengajaran.
Pembelajaran
atau mengajar adalah upaya guru untuk mengubah tingkah laku siswa. Hal ini
disebabkan karena pembelajaran adalah upaya guru untuk supaya siswa mau
belajar. Sedangkan belajar adalah perubahan tingkah laku siswa. Pengertian
tersebut menunjukkan bahwa mengajar bukan upaya guru untuk menyampaikan bahan,
tetapi bagaimana siswa dapat mempelajari bahan sesuai dengan tujuan.
Mengajar berarti membimbing pengalaman anak.
Pengalaman adalah proses dan hasil interaksi anak dengan lingkungan. Jadi
interaksi dengan lingkungan itulah yang dinamakan belajar. Dari pengalaman,
anak memperoleh pengertian-pengertian, sikap, penghargaan, kebiasaan,
kecakapan, dan lain sebagainya. Lingkungan jauh lebih luas dibandingkan dengan
buku dan kata-kata guru. Seluruh lingkungan anak adalah sumber belajar, untuk
itu pelajaran hendaknya dihubungkan dengan kehidupan anak dalam lingkungannya.
Mengajar berarti membantu anak berkembang dan
menyesuaikan diri kepada lingkungan. Artinya mengajar adalah mengantarkan anak
agar bakatnya berkembang. Sedangkan membantu anak untuk supaya dapat
menyesuaikan diri dengan lingkungan dapat diupayakann dengan memberikan
pelajaran yang berfungsi dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini agar lebih
sanggup mengatasi masalah-masalah dalam kehidupannya. Dengan upaya tersebut
diharapkan anak dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya, termasuk
lingkungan sosialnya. Ia harus belajar berpikir, merasa, dan berbuat sesuai
dengan norma-norma lingkungan.
Gagne (1981) menyatakan bahwa pembelajaran merupakan
serangkaian peristiwa eksternal peserta didik yang dirancang untuk mendukung
proses internal belajar. Peristiwa belajar ini dirancang agar memungkinkan
peserta didik memproses informasi nyata dalam rang mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Perolehan tujuan belajar sebetulnya juga dilakukan secara alamiah dimana
peserta didik membaca buku-buku, majalah, surat kabar atau mengamati peristiwa
di lingkungannya, namun dalam aktivitas belajar yang dirancang, disebut dengan
pembelajaran, maka perolehan tujuan belajar itu akan dapat dicapai secara
efektif dan efisien jika aktivitas belajar itu dirancang secara baik. Tujuan
belajar tersebut memberikan arah terhadap proses belajar. Setiap komponen
pembelajaran hendaknya saling berhubungan dan berkaitan dengan proses internal
belajar peserta didik agar terjadi peristiwa belajar. Untuk mencapai tujuan
belajar, pendidik hendaknya benar-benar menguasai cara-cara merancang belajar
agar peserta didik mampu belajar optimal.
Seperti telah dikemukakan bahwa pembelajaran adalah
terjemahan dari kata instruction yang berarti self instruction (dari internal)
dan external instruction (dari eksternal). Pembelajaran yang bersifat eksternal
antara lain datang dari pendidik yang disebut teaching atau pengajaran. Dalam
pembelajaran yang bersifat eksternal prinsip-prinsip belajar dengan sendirinya
akan menjadi prinsip-prinsip pembelajaran. Prinsip pembelajaran merupakan
aturan atau ketentuan dasar dengan sasaran utama adalah perilaku pendidik.
Pembelajaran yang berorientasi bagaimana perilaku pendidik yang efektif.
Beberapa teori belajar mendeskripsikan pembelajaran sebagai berikut :
1. Usaha pendidik membentuk tingkah laku yang diinginkan
dengan menyediakan lingkungan, agar terjadi hubungan stimulus (lingkungan)
dengan tingkah laku peserta didik.
2. Cara pendidik memberikan kesempatan kepada peserta
didik untuk berfikir agar memahami apa yang dipelajari.
3. Memberikan kebebasan kepada peserta didik untuk
memilih bahan pelajaran dan cara mempelajarinya sesuai degnan minat dan
kemampuannya.
Pembelajaran berorientasi pada bagaimana peserta didik berperilaku,
memberikan makna bahwa pembelajaran merupakan suatu kumpulan proses yang
bersifat individual, yang mengubah stimui dan lingkungan seseorang ke dalam
sejumlah informasi, yang selanjutnya dapat menyebabkan adanya hasil belajar
dalam bentuk ingatan jangka panjang. Hasil belajar itu memberikan kemampuan
kepada peserta didik untuk melakukan berbagai penampilan (Gagne, 1985). Briggs
(1992) menjelaskan bahwa pembelajaran adalah seperangkat peristiwa yang
memengaruhi peserta didik sedemikian rupa sehingga peserta didik itu memperoleh
kemudahan dalam berinteraksi berikutnya dengan lingkungan.
Proses pembelajaran merupakan proses komunikasi antara pendidik dengan
peserta didik, atau antar peserta didik. Dalam proses komunikasi itu dapat
dilakukan secara verbal (lisan), dan dapat pula secara nonverbal, seperti
penggunaan media computer dalam pembelajaran. Namun demikian, apapun media yang
digunakan dalam pembelajaran adalah ditandai oleh serangkaian kegiatan
komunikasi.
Komunikasi dalam pembelajaran ditujukan untuk membantu proses belajar.
Aktivitas komunikasi itu dapat dilakukan secara mandiri, yakni ketika peserta
didik melakukan aktivitas belajar mandiri, seperti mangkaji buku, melakukan
kegiatan di laboratorium, atau menyelesaikan proyek inkuiri, dan dapat pula secara
berkelompok seperti halnya proses pembelajaran di kelas. Keuntungan dari
pembelajaran mandiri adalah bahwa peserta didik pada akhirnya mampu menggunakan
ketrampilan dan strategi pengelolaan belajar mandiri.
D.
Pendekatan Sistem Pembelajaran
Secara tradisional, proses pembelajaran melibatkan pendidikm peserta
didik, dan buku ajar. Isi pelajaran yang dipelajari berasal dari buku ajar, dan
pembelajaran menjadi tanggung jawab pendidik dalam penyampaikan isi pelajaran
kepada peserta didik. Pembelajaran dpat ditafsirkan sebagai penyampaian isi
pelajaran ke dalam otak peserta didik dengan cara tertentu dan mereka akan
melacak kembali informasi yang telah diterima pada waktu menghadapi ujian.
Dengan model ini, cara memperbaiki pembelajaran adalah memperbaiki kemampuan
pandidik dengan cara pendidik mempelajari banyak pengetahuan dan metode
penyampaian isi pelajaran kepada peserta didik.
Pandangan proses pembelajaran kontemporer menyatakan bahwa pembelajaran
merupakan proses sistematis dimana setiap komponen pembelajaran adalah penting
untuk meningkatkan keberhasilan belajar. Perspektif ini disebut sebagai
pandangan system. Secara teknis, system merupakan serangkaian bagian yang
berinterelasi, dan semua komponen itu bekerja sama untuk mencapai tujuan yang
telah ditentukan.
Proses pembelajaran merupakan suatu system. Tujuan system adalah
menghasilkan belajar, atau memberikan sarana penting untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Komponen-komponen system itu adalah pendidik, peserta didik,
materi pembelajaran, dan lingkungan belajar. Komponen-komponen itu berinteraksi
untuk mencapai tujuan pembelajaran. Misalnya, pendidik mengkaji masalah
tertentu dengan peserta didik di dalam kelompok. Untuk menentukan apakah telah
terjadi peristiwa belajar ataukah tidak, maka pendidik melakukan evaluasi.
Hasil penggunaan pandangan system dalam pembelajaran adalah memandang
pentingnya peranan komponen-komponen di dalam proses pembelajaran.
Komponen-komponen itu harus berinteraksi seccara efektif untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Oleh karena itu, tidak ada yang lebih ditekankan pada setiap
komponen di dalam system pembelajaran.
E.
Komponen-komponen Pembelajaran
Seperti
telah dikemukakan di atas bahwa pembelajaran pada taraf organisasi mikro
mencakup pembelajaran bidang studi tertentu dalam satuan pendidikan, tahunan,
semesteran atau catur wulan. Bila pembelajaran tersebut, ditinjau dari
pendekatan system, maka dalam prosesnya akan melibatkan berbagai komponen.
Komponen-komponen tersebut adalah : tujuan, subjek belajar, materi pelajaran,
strategi, media, evaluasi dan penunjang.
1. Tujuan
Tujuan
yang secara eksplisit diupayakan pencapaiannya melalui kegiatan pembelajaran
adalah instructional effect biasanya itu berupa pengetahuan, dan ketrampilan
atau sikap yang dirumuskan secara eksplisit dalam TPK semakin spesifik dan
operasional.
TPK
dirumuskan akan mempermudah dalam menentukan kegiatan pembelajaran yang tepat.
2. Subjek Belajar
Subjek
belajar dalam system pembelajara merupakan komponen utama karena berperan
sebagai subjek sekaligus objek. Sebagai subjek karena peserta didik adalah
individu yang melakukan proses belajar mengajar. Sebagai objek karena kegiatan
pembelajaran diharapkan dapat mencapai perubahan perilaku pada diri subjek
belajar. Untuk kepentingan perencanaan
pembelajaran yang efektif diperlukan pengetahuan pendidik tentang diagnosis
kesulitan belajar dan analisis tugas.
3. Materi Pelajaran
Materi
pelajaran juga merupakan komponen utama dalam proses pembelajaran, karena
mataeri pelajaran akan member warna dan bentuk dari kegiatan pembelajaran.
Materi pelajaran yang komprehensif, terorganisasi secara sistematis dan
dideskripsikan dengan jelas akan berpengaruh juga terhadap intensitas proses
pembelajaran.
Materi
pelajaran dalam system pembelajaran berbeda dalam silabus, rencana pelaksanaan
pembelajaran, dan buku sumber. Maka pendidik hendak nya dapat memilih dan
mengorganisasikan materi pelajaran agar proses pembelajaran dapat berlangsung
intensif.
4. Strategi Pembelajaran
Strategi
pembelajaran merupakan pola umu mewujudkan proses pembelajaran. Dalam penerapan
strategi pembelajaran pendidik perlu memilih model-model pembelajaran yang
tepat, metode mengajar yang sesuai dan teknik-teknik mengajar yang menunjang
pelaksanaan metode mengajar untuk menentukan strategi pembelajaran yang tepat
pendidik mempertimbangkan akan tujuan, karakteristik peserta didik, materi
pelajaran dan sebagainya agar strategi pembelajaran tersebut dapat berfungsi
maksimal.
5. Media pembelajaran
Media
pembelajaran adalah alat atau wahana yang digunakan pendidik dalam proses
pembelajaran untuk membantu penyampaian pesan pembelajaran. Sebagai salah satu
komponen system pembelajaran berfungsi meningkatkan peranan strategi
pembelajaran di samping komponen waktu dan metode megajar.
6. Penunjang
Komponen
penunjang yang dimaksud dalam system pembelajaran adalah fasilitas belajar,
buku sumber, alat pelajaran, bahan pelajaran dan semacamnya.
Komponen-komponen penunjang berfungsi
memperlancar , melengkapi dan mempermudah terjadinya proses pembelajaran.
Sehingga sebagai salah satu komponen pembelajaran pendidik perlu memperhatikan,
memilih dan memanfaatkannya.
F. Prinsip-Prinsip
Pembelajaran
Apabila
pembelajaran itu ditinju dari segi internal dan eksternal maka teori
pembelajaran atau instruksional adalah penerapan prinsip-prinsip teori belajar,
tingkah laku, dan prinsip pengajaran dalam usaha mencapai tujuan belajar dengan
penekanan pada prosedur yang telah terbukti berhasil secara konsisten (sukamto
: 1995). Dengan demikian prinsip belajar menurut teori belajar tertentu, teori
tingkah laku dan prinsip-prinsip pengajaran dalam implementasinya akan
berintegrasi menjadi prinsip-prinsip pembelajaran.
1. Prinsip
pembelajaran bersumber dari teori behavioristik ( Hartley & Daviess, 1978)
Pembelajaran
yang dapat menimbulkan proses belajar dengan baik apabila :
a. Peserta
didik berpartisipasi secara aktif
b. Materi
disusun dalam bentuk unit-unit kecil dan diorganisir secara sistematis dan
logis, dan
c. Tiap
respon peserta didik diberi balikan dan disertai penguatan.
2. Prinsip
pembelajaran bersumber dari teori kognitif
Reilly
dan Lewis (1983) menjelaskan delapan prinsip pembelajaran yang digali dari
teori kognitif Brunner dan Ausuble yaitu bahwa pembelajaran akan lebih bermakna
(meaningfull learning) apabila :
a. Menekankan
akan makna dan pemahaman
b. Mempelajari
materi tidak hanya proses pengulangan, tetapi perlu disertai proses transfer
secara lebih luas.
c. Menekankan
adanya pola hubungan, seperti bahan dan arti, atau bahan yang telah diketahui
dengan struktur kognitif.
d. Menekankan
pembelajaran prinsip dan konsep.
e. Menekankan
struktur disiplin ilmu dan struktur kognitif.
f. Objek
pembelajaran seperti apa adanya dan tidak disederhanakan dalam bentuk
eksperimen dalam situasi laboratories.
g. Menekankan
pentingnya bahasa sebagai dasar pikiran dan komunikasi, dan
h. Perlunya
memanfaatkan pengajaran perbaikan yang lebih bermakna.
3. Prinsip
pembelajaran dari teori humanisme
Menurut
teori humanistik, belajar adalah bertujuan memanusiakan manusia. Anak yang
berhasil dlam belajar apabila dapat mengaktualisasi dirinya dengan lingkungan
maka pengalaman dan aktivitas peserta didik merupakan prinsip penting dalam
pembelajaran humanistik.
4. Prinsip
pembelajaran dlam rangka pencapaian ranah tujuan
Ranah
tujuan pembelajaran dapat dibedakan atas ranah kognitig, afektif dan
psikomotorik. Dlam upaya mencapai tujuan pembelajaran ranah tertentu,
diperlukan prinsip pembelajaran yang tidak sama, terutama prinsip yang mengatur
prosedur dan pendekatan pembelajaran itu sendiri.
a. Prinsip
pengetahuan kegiatan kognitif
Pembelajaran hendaknya memperhatikan
bagaimana mengatur kegiatan kognitif yang efisien. Caranya mengatur kegiatan
kognitif dengan menggunakan sistematika alur pikir dan sistematik proses
belajar itu sendiri. Orang yang menggunakan alur pikir dalam pemecahan masalah,
ia akan berfikir dengan sistematis dan dapat mengontrol kegiatan kognitifnya
sehingga pembelajaran akan lebih efisien.
b. Prinsip pengaturan kegiatan afektif
Pembelajaran pengaturan kegiatan afektif
perlu memperhatikan dan mengaplikasikan tiga pengaturan kegiatan afektif, yaitu
faktor conditioning, behavior
modification, dan human model.
Faktor conditioning yaitu pelaku
pendidik yang berpengaruh terhadap rasa senang dan rasa benci peserta didik
terhadap pendidik. Faktor behavior
modification pemberian penguatan seketika. Faktor human model yaitu contoh berupa orang yang dikagumi dan dipercaya
para peserta didik. Dalam mengaplikasikan prinsip tersebut hendaknya dikatakan
dengan fase belajar sikap yaitu fase motivasi, konsentrasi, pengolahan dan
balikan.
c. Prinsip
pengaturan kegiatan psikomotorik
Pembelajaran pengaturan kegiatan
psikomotorik mementingkan faktor latihan, penguasaan prosedur gerak-gerik, dan
prosedur koordinasi anggota badan. Untuk itu diperlukan pembelajaran fase
kognitif. Dalam mengaplikasikan prinsip-prinsip tersebut, hendaknya juga
mengaktifkan fase belajar psikomotorik yaitu fase motivasi, konsentrasi,
pengolahan, menggali dan balikan.
5. Prinsip
pembelajaran konstruktivisme
Menurut
kontruktivisme, belajar adalah proses aktif peserta didik dalam mengkonstruksi
arti, wacana, dialog, pengalaman fisik dlam proses belajar tersebut terjadi
proses asimilasi dan menghubungkan pengalaman atau informasi yang sudah
dipelajari. Dengan demikian sebenarnya tergolong teori kognitif, hanya saja
kognitif dalam pengembangan. Prinsip yang Nampak dalam pembelajaran
konstrutivisme adalah :
a. Pertanyaan
dan konstruksi jawaban peserta didik adalah penting.
b. Berlandaskan
beragam sumber informasi materi dapat dimanipulasi para peserta didik.
c. Pendidik
lebih bersifat interaktif dan berperan sebagai fasilitator dan moderator bagi
peserta didik dalam proses belajar-mengajar.
d. Program
pembelajaran dibuat bersama peserta didik agar mereka benar-benar terlibat dan
bertanggung jawab ( konstrak pembelajaran), dan
e. Strategi
pembeljaran, student-centered learning, dilakukan dengan belajar aktif, belajar
mandiri, kooperatif dan kolaboratif.
6. Prinsip
pembelajaran bersumber dari azas mengajar
Bertolak
dari pengertian bahwa keberhasilan mengajar perlu diukur dari bagaimana
partisipasi peserta didik dalam proses belajar-mengajar dan seberapa hasil yang
dicapai. Dalam menjawab dua permasalahan tersebut ahli-ahli didaktik
mengarahkan perhatian kepada tingkah laku pendidik sebagai organisator proses
belajar mengajar. Maka timbulah azas-azas mengajar itu bermacam-macam,pada
uraian kali ini akan dikemukakan dari Mandigers dna Mursell.
a) Mandigers
Azas-azas
mengajar dari mandigers sudah dikenal lama dan sudah menjadi bagian dari
didaktik di Indonesia. Prinsip-prinsip mengajar ini lebih dikenal dengan nama
azas-azas didaktik. Menurut Mandigers agar anak mudah dan berhasil dalam
belajar, dalam mengajar pendidik perlu memperhatikan :
1) Prinsip
aktivitas mental
2) Prinsip
menarik perhatian
3) Prinsip
penyesuaian perkembangan siswa
4) Prinsip
appresiasi
5) Prinsip
peragaan
6) Prinsip
aktivitas motorik. Selain hal tersebut di atas ahli pendidikan lain menambahkan
prinsip korelasi dan lingkungan.
7) Prinsip
aktivitas mental
Belajar
adalah aktivitas mental, oleh karena itu pembelajaran hendaknya dapat
menimbulkan aktivitas mental. Tidak hanya mendengar, mencamkan dan sebagainya
tetapi lebih menyeluruh baik aspek kognitif, afektif maupun psikomotorik.
Pendekatan pembelajaran dengan prinsip CBSA dikatakan sangat sesuai dengan
prinsip aktivitas mental.
8) Prinsip
menarik perhatian
Bila
dalam belajar mengajar para peserta didik penuh perhatian kepada bahan yang
dipelajari, maka hasil belajar akan lebih meningkat sebab dengan perhatian, ada
konsentrasi, pada gilirannya hasil belajar itu akan lebih berhasil dan tidak
lekas lupa.
9) Prinsip
penyesuaian perkembangan anak
Anak
akan lebih tertarik perhatiannya bila bahan pelajaran disesuaikan dengan
perkembangan subjek belajar.
10) Prinsip
Appersepsi
Prinsip
ini memberikan petunjuk bahwa kalau mengajar pendidik hendaknya mengkaitkan
materi yang akan dipelajari dengan apa yang sudah diketahui. Dengan cara
tersebut subjek belajar akan lebih tertarik sehingga bahan pelajaran mudah
diserap. Prinsip ini biasanya dilaksanakan pada pendahuluan pembelajaran/
pembukaan. Mirip dengan prinsip ini adalah apa yang disebut advance organizer. Dalam pendahuluan
pelajaran terutama ceramah, pelajaran akan lebih bermakna bila pendidik
menghubungkan materi pelajaran dengan penyajian advance organizer, yaitu menghubungkan materi pelajaran pokok
dengan konteks yang lebih luas dan bermakna.
11) Prinsip
peragaan
Prinsip
peragaan memberikan pedoman bahwa dalam mengajar hendaknya digunakan alat
peraga. Dengan alat peraga proses belajar mengajar tidak verbalisitas.
Pelakksanaan prinsip ini dapat dilakukan dengan menggunakan bermacam alat
peraga atau media pembelajaran. Proses pembelajaran yang disertai dengan alat
peraga, akan menghasilkan hasil belajar lebih jelas dan tidak lekas lupa.
12) Prinsip
aktivitas motorik
Mengajar
hendaknya dapat menimbulkan aktivitas motorik para subjek belajar. Belajar yang
dapat menimbulkan aktivitas motorik seperti menulis, menggambar, melakukan
percobaan, mengerjakan tugas latihan, akan menimbulkan kesan dan hasil belajar
yang lebih mendalam.
13) Prinsip
motivasi
Motivasi
ialah dorongan yang ada dalam diri seseorang untuk melakukan sesuatu dalam
rangka memenuhi kebutuhannya. Motivasi memegang peranan penting dalam belajar.
Dengan kata lain intensitas proses pembelajaran sangat ditentukan oleh
motivasi. Dalam mengaplikasikan prinsip ini pendidik dapat melakukan :
a. Menghubungkan
pelajaran dengan kebutuhan anak
b. Menghubungkan
pelajar dengan pengalaman anak
c. Memilih
berbagai metode mengajar yang tepat
Prinsip-prinsip
tersebut di atas dalam pelaksanaannya hendaknya dilakukan secara integral. Hal
ini dapat dijelaskan bahwa belajar yang berhasil adalah bila anak dalam
melakukan belajar berlangsung secara intensif dan optimal, sehingga menimbulkan
perubahan tingkah laku yang lebih bersifat permanen. Untuk itu pendidik dalam
mengajar harus dapat menimbulkan aktivitas mental, dan pisik (CBSA). Proses belajar
yang demikian ini akan terwujud bila ada dukungan dari situasi peserta didik,
dimana prinsip peragaan, appersepsi, korelasi, dapat dilaksanakan secara
terintegrasi.
b) Marsell
Marsell
(1954) mengemukakan bahwa pembelajaran yang sukses perlu memperhatikan
prinsip-prinsip mengajar berikut :
1. Prinsip
Konteks
Pembelajaran
dengan memperhatikan prinsip konteks, dilaksanakan dengan cara pendidik
menciptakan bermacam-macam hubungan dengan bahan pelajaran. Caranya dengan
mengkaitkan materi bahan pelajaran dengan konteksnya dalam arti hubungan sesame
konsep, hubungan konsep dengan fakta, konsep dengan guna/ fungsi. Dengan
prinsip ini peserta didik akan tahu konteks tiap bahan yang dipelajari. Tanpa
ada konteks pengetahuan satu rumpun akan terpisah-pisah sehingga pengetahuan
peserta didik kurang kokoh.
2. Prinsip
Fokus
Membelajarkan
dengan prinsip fokus dilakukan dengan cara pendidik dalam membahas dan
menjelaskan materi suatu pokok bahasan tertentu. Bila prinsip konteks
mengharuskan pendidik mengkaitkan bahan pelajaran seluas-luasnya, maka prinsip
fokus sebaliknya mengharuskan adanya pemusatan pokok persoalan yang dibahas.
Dalam prakteknya kedua prinsip tersebut hendaknya dilaksanakan secara seimbang
sehingga saling melengkapi, karena kedua prinsip tersebut merupakan kriteria
mengajar yang efektif.
3. Prinsip
Sekuens
Mengajar
dengan melaksanakan prinsip sekuens adalah bahwa materi pengajaran hendaknya
disusun secara urut sistematis dan logis sehingga mudah dipelajari. Urutan
bahan pelajaran itu sendiri hendaknya memberikan kemudahan peserta didik dalam
kegiatan belajar. Misalnya pendidik matematika akan mengajar pokok bahasan
Fungsi Grafik tertentu pendidik tersebut akan merinci kegiatan apa yang harus
dikuasai peserta didik, agar peserta didik mudah mempelajarinya. Untuk memenuhi
prinsip tersebut pendidik perlu mengidentifikasi kegiatan mana yang lebih
dahulu dan mana yang kemudian. Penyusunan urutan kegiatan tersebut harus
memenuhi syarat sistematis dan logis.
4. Prinsip
Evaluasi
Prinsip
evaluasi menekankan pendidik dalam mengajar tidak boleh meninggalkan kegiatan
evaluasi. Evaluasi merupakan kegiatan terintegrasi dalam pembelajaran. Kegiatan
evaluasi berfungsi memperingati efektivitas belajar karena dapat mendorong
peserta didik belajar dan memungkinkan pendidik untuk memperbaiki cara
mengajarnya. Evaluasi itu dapat dilakukan secara tertulis, lisan maupun dalam
bentuk assessment.
5. Prinsip
Individualisasi
Melaksanakan
prinsip individualisasi diwujudkan dalam bentuk pendidik dalam mengajar
memperhatikan adanya perbedaan individu para peserta didik. Peserta didik
sebagai individu adalah berbeda-beda dilihat dari segi mental, seperti
intelegensi, bakat, minat, dan sebagainya. Berbeda dalam kecenderungan misalnya
ada peserta didik cenderung lebih baik pada bidang estetika tetapi mungkin
kurang baik pada matematika dan sebagainnya. Perbedaan individu tersebut
berimplikasi dalam pemberian pelayanan belajar, seperti bimbingan belajar,
tugas-tugas dan sebagainya.
6. Prinsip
Sosialisasi
Prinsip
sosialisasi menekankan pendidik dlam mengajar hendaknya dapat menciptakan
suasana belajar yang menimbulkan adanya saling kerja sama antara pesrta didik
kerja sama dalam mengatasi masalah belajar, seperti menyelesaikan tugas, belajar
kelompok dan sebagainya. Cara belajar seperti itu akan memperoleh dua
keuntungan, yaitu :
a. Dapat
membina dan mengembangkan kepribadian terutama sikap demokrasi.
b. Pengetahuan
akan bertambah kokoh sebab dalam proses belajar akan terjadi saling menerima dan
member.
Dalam prakteknya keenam prinsip tersebut
dilaksanakan secara proposional sesuai tujuan pembelajaran, karakteristik
peserta didik dan komponen lainnya. Prinsip konteks, skuens dan evaluasi
merupakan prinsip-prinsip yang digali dari bagaimana cara menyusun dan
menyajikan bahan pelajaran, sedangkan prinsip individualisasi dan sosialisasi
mendasarkan pemenuhan kebutuhan siapa yang belajar.